Refleksi Natal * (Dari Natal Bersama Mahasiswa Program Bantuan UKI untuk Nias) -
Jakarta -- Setahun silam, kami masyarakat Nias dilepaskan dari cengkeraman maut tsunami dan gempa 8,7 Skala Richter. Ribuan nyawa manusia hilang di telan bumi yang ganas. Jika kita mengingat detik-detik bencana itu, maka kepedihan, kesedihan dan kekecewaan kembali menghantui pikiran dan hati kami.
Saat-saat seperti itu, tidak sedikit manusia mulai kebingungan dan bahkan acapkali ada yang bersikap seolah-olah menyesali peristiwa itu dengan bertanya, “Mengapa hal ini harus terjadi?!” Tidak sedikit manusia menyesali kejadian itu di depan Tuhan dengan berkata, “Tuhan tidak adil…!”
Tidak…tidak… tidak ada yang tahu! Hanya Tuhan yang tahu penyebab dan pemicu bencana itu. Memang manusia ternyata sudah bisa mewujudkan isi firman Tuhan dalam Kejadian 1:28 yang berkata: “Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.”
Manusia bisa menguasai bumi, dengan kasar memperlakukan alam ini dan dengan serakah manusia mengeksploitasi secara sewenang-wenang. Tanpa batas…, tanpa henti. Manusia mencoba menggali segala kekayaan alam ini tanpa henti!
Akhirnya …, tiba-tiba alam yang tak berdosa itu secara tidak diduga dan tidak disangka, secara serentak alam yang selama ini dianggap pasrah tiba-tiba mengamuk….marah! ia memperlihatkan kejenuhannya yang dipermainkan, dirusak sesuka hati.
Kemudian alampun menghempas… marah… dan menembus alam yang sedang diam itu… alam sebenarnya menikmati kesepian yang sedang ditelan oleh kesunyiannya. Manusia sulit memahami hal itu…!!! kecuali menyadari bahwa alam mulai murka atas manusia! Alam balas dendam. Rupanya alam bisa bicara, bisa protes dan mengangkat tangan untuk menyampaikan usul dalam sidang yang sedang diselenggarakan oleh manusia. Alam mendengar bahwa manusia sedang melakukan rapat, kompromi. Alam Nias akan digarap untuk dijadikan pulau wisata tempat perjudian, atau mungkin tempat maksiat.
Marilah kita bertanya,”apa yang harus kita perbuat?”, “Bagaimana membangun Nias yang terpuruk itu?”
Jika demikian, membangun Nias harus dimulai dari pembangunan mentalnya atau rohnya. Melalui pendidikan kepada para generasi mudalah satu-satunya sasaran perubahan. Kapan itu dimulai? Ya, sekarang harus diwujudkan. Melalui program Panitia Pengabdian UKI untuk Nias, kita berharap bahwa 125 orang yang mewakili seluruh kecamatan yang ada di Nias mampu menjadi manusia pembangun dan pembaharuan yang melakukan reformasi ke depan baik dari sisi iman maupuan dari sisi pemberdayaan sumberdaya mausia sehingga alam Nias dapat diolah dengan baik dan bersahaja secara harmonis. Dengan demikian damai natal itu tidak terhenti saat ini akan tetapi terjadi untuk selama-lamanya di bumi Nias.(en)
* ) Dibacakan oleh Bp. Bismark Sartono, SE., M. M., Ketua Panitia Pengabdian UKI untuk Nias
Saat-saat seperti itu, tidak sedikit manusia mulai kebingungan dan bahkan acapkali ada yang bersikap seolah-olah menyesali peristiwa itu dengan bertanya, “Mengapa hal ini harus terjadi?!” Tidak sedikit manusia menyesali kejadian itu di depan Tuhan dengan berkata, “Tuhan tidak adil…!”
Tidak…tidak… tidak ada yang tahu! Hanya Tuhan yang tahu penyebab dan pemicu bencana itu. Memang manusia ternyata sudah bisa mewujudkan isi firman Tuhan dalam Kejadian 1:28 yang berkata: “Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.”
Manusia bisa menguasai bumi, dengan kasar memperlakukan alam ini dan dengan serakah manusia mengeksploitasi secara sewenang-wenang. Tanpa batas…, tanpa henti. Manusia mencoba menggali segala kekayaan alam ini tanpa henti!
Akhirnya …, tiba-tiba alam yang tak berdosa itu secara tidak diduga dan tidak disangka, secara serentak alam yang selama ini dianggap pasrah tiba-tiba mengamuk….marah! ia memperlihatkan kejenuhannya yang dipermainkan, dirusak sesuka hati.
Kemudian alampun menghempas… marah… dan menembus alam yang sedang diam itu… alam sebenarnya menikmati kesepian yang sedang ditelan oleh kesunyiannya. Manusia sulit memahami hal itu…!!! kecuali menyadari bahwa alam mulai murka atas manusia! Alam balas dendam. Rupanya alam bisa bicara, bisa protes dan mengangkat tangan untuk menyampaikan usul dalam sidang yang sedang diselenggarakan oleh manusia. Alam mendengar bahwa manusia sedang melakukan rapat, kompromi. Alam Nias akan digarap untuk dijadikan pulau wisata tempat perjudian, atau mungkin tempat maksiat.
Marilah kita bertanya,”apa yang harus kita perbuat?”, “Bagaimana membangun Nias yang terpuruk itu?”
Jika demikian, membangun Nias harus dimulai dari pembangunan mentalnya atau rohnya. Melalui pendidikan kepada para generasi mudalah satu-satunya sasaran perubahan. Kapan itu dimulai? Ya, sekarang harus diwujudkan. Melalui program Panitia Pengabdian UKI untuk Nias, kita berharap bahwa 125 orang yang mewakili seluruh kecamatan yang ada di Nias mampu menjadi manusia pembangun dan pembaharuan yang melakukan reformasi ke depan baik dari sisi iman maupuan dari sisi pemberdayaan sumberdaya mausia sehingga alam Nias dapat diolah dengan baik dan bersahaja secara harmonis. Dengan demikian damai natal itu tidak terhenti saat ini akan tetapi terjadi untuk selama-lamanya di bumi Nias.(en)
* ) Dibacakan oleh Bp. Bismark Sartono, SE., M. M., Ketua Panitia Pengabdian UKI untuk Nias
Title : Refleksi Natal * (Dari Natal Bersama Mahasiswa Program Bantuan UKI untuk Nias) ► SEOer Mendem ►
URL : https://seomendem.blogspot.com/2006/01/refleksi-natal-dari-natal-bersama_2.html
Jangan lupa untuk membagikan artikel Refleksi Natal * (Dari Natal Bersama Mahasiswa Program Bantuan UKI untuk Nias) ini jika bermanfaat bagi sobat.
0 komentar | add komentar
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.